Manchester United Terpuruk, Ruben Amorim Malu

1 week ago 22
ARTICLE AD BOX

BolaSkor.com - Tiga bulan pertama Ruben Amorim di Manchester United bak mimpi buruk. Dari pelatih yang digadang-gadang berprospek masa depan cerah kala membesut Sporting CP, Amorim (40 tahun) mengalami fase naik turun saat melatih Red Devils.

Amorim menang lima kali, kalah delapan kali, dari total 16 laga melatih Man United di Premier League. Alhasil, klub melalui periode terburuk dalam sejarah dan saat ini berada di urutan 14 klasemen - lebih dekat dengan tim yang ada di zona degradasi.

Pelatih asal Portugal datang melatih pada November 2024 menggantikan Erik ten Hag. Man United telah tersingkir di Piala Liga, tetapi masih punya asa mengakhiri musim dengan trofi karena masih berpatisipasi di Piala FA dan Liga Europa.

Baca Juga:

Alejandro Garnacho, Medsos di Era Sepak Bola Modern, dan Tekanan Membela Manchester United

Demi Victor Osimhen, Manchester United Bersedia Jual Rasmus Hojlund

Manchester United Terkadang Tampil Lebih Baik jika Mengabaikan Taktik Ruben Amorim

Pada laga terdekatnya, Man United akan menjamu Fulham di putaran lima Piala FA yang dihelat di Old Trafford, Minggu (02/03) pukul 23.30 WIB. Kemudian, Man United akan bermain di Anoeta, markas Real Sociedad, di leg satu 16 besar Liga Europa (07/03).

Ruben Amorim Malu

Ruben Amorim (Laman Resmi Premier League)

Amorim mengakui masih merasakan dapat dukungan dari manajemen Man United dan fans untuk melanjutkan pekerjaannya. Tapi di satu sisi, Amorim juga malu dengan keterpurukan Man United.

"Saya merasakan itu (orang-orang percaya pada saya). Pada saat yang sama, saya malu karenanya karena jika Anda melihat performa kami dan Anda melihat tim kami terkadang di lapangan, sangat sulit bagi saya sebagai pelatih untuk mengambil banyak hal positif," papar Amorim kepada TNT Sports.

"Satu-satunya cara yang saya tahu untuk membantu mereka adalah memberi mereka solusi untuk bermain di lapangan, tetapi mereka harus mempercayainya."

"Dan untuk mempercayainya adalah ketika kami kalah atau dalam situasi sulit dan Anda merasa tidak dapat membangun satu permainan pun, mereka harus bertahan dengan itu dan mempercayainya. Itu adalah bagian tersulit."

"Karena ketika kami kebobolan atau mengalami momen buruk, Anda merasa koneksi tidak ada, kami kehilangan diri sendiri. Kami sedikit tersesat. Saya mengerti itu lebih dari sekadar sepak bola, lebih dari sekadar taktik, itu adalah sesuatu yang ada dalam pikiran para pemain."

Amorim menilai para pemain kesulitan memahami sistem bermain yang coba diterapkannya karena situasi di dalam pertandingan.

"Saya rasa kami terkadang sangat gugup dalam pertandingan dan Anda dapat merasakannya dalam hal-hal kecil. Cara kami bergerak terkadang, pemahaman kami terhadap permainan, terutama di Old Trafford," tambah Amorim.

"Saya merasa terkadang para pemain berada di ruang ganti dan kami melakukan pemanasan lalu masuk ke dalam untuk memulai pertandingan, saya merasa udaranya berat. Saya rasa hal-hal seperti ini banyak kami tunjukkan dalam pertandingan."

Read Entire Article
Penelitian | | | |